Suku Gorontalo, Sulawesi
suku Gorontalo |
Dahulunya wilayah Gorontalo ini adalah bagian dari provinsi Sulawesi Utara dengan status kabupaten, tapi kini wilayah Gorontalo telah menjadi provinsi sendiri dengan nama provinsi Gorontalo.
Ditetapkannya kabupaten Gorontalo sebagai provinsi Gorontalo secara resmi pada tanggal 16 Februari 2001 oleh Menteri Dalam Negeri yang meresmikan Provinsi Gorontalo sekaligus melantik Tursandi Alwi sebagai Penjabat Gubernur. Setahun kemudian, Ir. Fadel Muhammad terpilih menjadi Gubernur Pertama Provinsi Gorontalo.
Istilah Gorontalo sendiri, kemungkinan berasal dari beberapa istilah, yaitu:
- Hulontalangio, nama suku yang tinggal di daerah
- Hua Lolontalango, yang berarti gua yang digunakan untuk berjalan bolak-balik
- Hulutalangi, yang berarti mulia
- Huluo Lo Tola, yang berarti tempat di mana ikan snakehead berkembang biak
- Pongolatalo atau Pohulatalo, yang berarti: tempat menunggu
- Gunung Telu, yang berarti gunung tiga
- Hunto, yang berarti tempat yang selalu dialiri air
Orang Gorontalo sendiri kadang menyebut diri mereka sebagai Hulondalo. Istilah Hulondalo sendiri sudah terkenal di wilayah Gorontalo dan Sulawesi Utara, yang biasanya untuk menyebut daerah Gorontalo atau orang Gorontalo.
suku Gorontalo |
Suku Gorontalo berbicara dalam bahasa Gorontalo. Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain, yang sering dianggap sebagai dialek bahasa Gorontalo yaitu bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola. Bahasa Gorontalo sendiri sekarang banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diucapkan oleh masyarakat Gorontalo.
rumah adat - Dulohupa |
Rumah Dulohupa terbuat dari papan pilihan serta beratap seperti jerami, dan dibuat dengan bentuk rumah panggung. Rumah adat Dulohupa masih bisa ditemukan di beberapa daerah kecamatan di provinsi Gorontalo.
rumah adat - Bandayo Poboide |
Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama Islam yang taat. Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo ini. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami. Hanya sebagian kecil saja yang memeluk agama lain di luar agama Islam.
Pada masyarakat suku Gorontalo, adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan " Adat Bersendi Sara" dan "Sara Bersendi Kitabullah".
Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan AI-Quran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur.
Orang Gorontalo memiliki falsafah hidup, yaitu "batanga pomaya, nyawa podungalo, harata potom bulu", artinya "jasad untuk untuk membela tanah air, setia sampai akhir, harta untuk kemaslahatan masyarakat" dan "lo iya lo ta uwa, ta uwa loloiya, boodila polucia hi lawo", artinya "pemimpin itu penuh kewibawaan, tapi tidak sewenang-wenang".
- Adat perkawinan, dalam adat perkawinan, ada beberapa aturan dan tata
cara yang harus dilakukan oleh sang mempelai. Mereka masih memegang
tradisi turun temurun sebagai adat dan kebudayaan suku Gorontalo.
Acara diadakan di rumah kedua mempelai secara bergantian. Acara pernikahan bisa berlangsung lebih dari 2 hari. Kerabat bergotong royong dalam mempersiapkan acara pernikahan ini beberapa hari sebelum hari pernikahan. Kedua mempelai menggunakan pakaian adat "Bili’u". Tempat pelaminan yang digunakan pada saat resepsi menggunakan adat Gorontalo. - Tondhalo (upacara tujuh bulanan), adalah suatu acara adat untuk mewujudkan rasa syukur atas kehamilan yang berusia tujuh bulan.
Kedua orang tua harus memakai pakaian adat Gorontalo.
Seorang anak perempuan digendong oleh sang ayah mengelilingi rumah, lalu akhirnya masuk ke dalam kamar menemui ibu yang sedang mengandung.
Setelah calon ayah dan anak perempuan yang digendongnya bertemu dengan ibu yang mengandung sang bayi, maka tali yang terbuat dari daun kelapa yang melingkari perut ibu tersebut dipotong atau diputuskan.
Dalam acara Tondhalo ini, disediakan 7 jenis makanan yang dihidangkan pada 7 nampan yang berbeda, lalu makanan ini dibagikan kepada seluruh undangan.
Salah satu kesenian budaya suku Gorontalo yang terkenal adalah Tari Polopalo. Tarian ini populer di kalangan masyarakat suku Gorontalo, bahkan sampai ke wilayah Sulawesi Utara.
BAB
1
MASYARAKAT
DAN KEBUDAYAAN SUKU SASAK
DI
PULAU LOMBOK
A. Pulau
Lombok
Pulau
Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang
terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah
timur dari Sumbawa. Pulau ini
kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang
panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km²,
menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama
di pulau ini adalah Kota Mataram, dengan jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123
jiwa.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut
dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Gunung ini terakhir
meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara
Anak ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau
ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian,
komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Lombok
termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau
ini sendiri dibagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya:
B. Sejarah
Era pra
Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
lombok.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di
Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah
pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdagangn antar
pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling
mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
Menurut isi Babad
Lombok, kerajaan
tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan
Laeq (dalam bahasa sasak laeq
berarti waktu lampau), namun sumber lain yakni Babad
Suwung,
menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan
Suwung yang
dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut
dan digantikan oleh Kerajaan
Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan
Sasak yang
kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali yaitu
kerajaan Gel gel. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok
antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode
yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan
kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah
kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan
pasukan Kerajaan
Karangasem dari Bali dan Arya
Banjar Getas
yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena
permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh
kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta
peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh
Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena
pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok
kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
Lombok mirah
sasak adi merupakan salah satu kutipan dari
kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan
pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata Lombok dalam bahasa kawi berarti
lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak berarti
kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka arti
keseluruhan yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.
Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah
lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan
dilestariakan oleh anak cucunya.
Dalam kitab
– kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi beberapa
lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata sasak
secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah
leluhur orang sasak ( Lombok ). Dari etimologis ini diduga leluhur orang
sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk
Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh
kesusastraan sasak.
Bentuk lumbung padi khas Lombok
Etnis Sasak
merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis
utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak
sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada
prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti
kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi
sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali
pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia
Timur, sebelum
kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.
C. Agama
Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam (pulau Lombok juga dikenal dengan
sebutan pulau seribu masjid).
Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk
keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana.
Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk
oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini.
Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul
Wathan (NW), organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam
dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi.
Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang
berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak seperti umumnya penganut ajaran Islam
yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran ini
mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena
penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena suatu hal
tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
Terdapat
juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang disebut Bodha (jumlah: ±
8000 orang) yang menduduki kampung Bentek dan di curam Gunung Rinjani. Agama
mereka tidak mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja
dewa-dewa animisme. Ajaran agama Hindu dan Buddha juga
dimasukkan di dalam upacara agama mereka.
Agama Bodha
mempercayai adanya lima tuhan yang besar, yang paling tinggi dikenali sebagai
Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara Sakti dan Batara Jeneng bersama
isteri mereka Idadari Sakti dan Idadari Jeneng. Namun kini, penganut agama
Bodha sedang diajarkan mengenai agama Buddha yang ortodoks oleh sami-sami yang
dihantar oleh persatuan besar Buddha terbesar negara Indonesia.
D. Bahasa
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (terutama
suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai bahasa utama dalam percakapan
sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat
macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan
tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian
besar berasal dari eks Kerajaan
Karangasem), di
beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
E. Mata
Pencaharian
Mata pencaharian penduduk suku Sasak berasal dari sektor
pertanian dengan daerah tersebur diwilayah kabupaten lombok timur, selain itu
juga dalam bidang peternakan dan hanya sebagian kecil bermata pencahariannya
dari Pariwisata.
F. Sistem
Kemasyarakatan Suku Sasak
1.
Pelapisan Sosial
Di daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan
sosial masyarakat :
- Golongan Ningrat
- Golongan Pruangse
- Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa )
Masing -masing lapisan sosial masyarakat di kenal
dengan Kasta yang mempunyai criteria tersendiri :
Ø Golongan Ningrat
; Golongan ini dapat diketahui dari sebutan kebangsawanannya. Sebutan
keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini. Nama
depan keningratan ini adalah ” lalu ” untuk orang-orang ningrat pria yang belum
menikah. Sedangkan apabila merka telah menikah maka nama keningratannya adalah
” mamiq “. Untuk wanita ningrat nama depannya adalah ” lale”, bagi mereka yang
belum menikah, sedangkan yang telah menikah disebut ” mamiq lale”.
Ø Golongan
Pruangse ; kriteria khusus yang dimiliki oleh golongan ini adalah sebutan
“ bape “, untuk kaum laki-laki pruangse yang telah menikah. Sedangkan
untuk kaum pruangse yang belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali nama
kecil mereka, Misalnya seorang dari golongan ini lahir dengan nama si ” A ”
maka ayah dari golongan pruangse ini disebut/dipanggil ” Bape A “, sedangkan
ibunya dipanggil ” Inaq A “. Disinilah perbedaan golongan ningrat dan pruangse.
Ø Golongan
Bulu Ketujur ; Golongan ini adalah masyarakat biasa yang konon dahulu adalah
hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok. Kriteria khusus golongan
ini adalah sebutan ” amaq ” bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan
perempuan adalah ” inaq “.
Di Lombok,
nama kecil akan hilang atau tidak dipakai sebagai nama panggilan kalau mereka
telah berketurunan. Nama mereka selanjutnya adalah tergantung pada anak
sulungnya mereka. Seperti contoh di atas untuk lebih jelasnya contoh lainnya
adalah bila si B lahir sebagai cucu, maka mamiq A dan Inaq A akan dipanggil
Papuk B. panggilan ini berlaku untuk golongan Pruangse dan Bulu Ketujur. Meraka
dari golongan Ningrat Mamiq A dan Mamiq lale A akan dipanggil Niniq A.
2.
Sistem Kekerabatan
Sistem
kekerabatan di Tolot-tolot khususnya dan lombok selatan pada umumnya adalah
berdasarkan prinsip Bilateral yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui
pria dan wanita. Kelompok terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari
Ayah, Ibu, dan Anak. Pada masyarakat lombok selatan ada beberapa istilah antara
lain :
- Inaq adalah panggilan ego kepada ibu.
- Amaq adalah panggilan ego kepada bapak.
- Ari adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau adik laki-laki.
- Kakak adalah panggilan ego kepada saudara sulung laki-laki ataupun perempuan.
- Oaq adalah panggilan ego kepada kakak perempuan atau laki-laki dari ibu dan ayah.
- Saiq adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau laki-laki dari ayah atau ibu
- Tuaq adalah panggilan ego kepada adik laki-laki dari ayah atau ibi.
- Pisak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ibu.
- Pusak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ayah.
Untuk
masyarakat kaum kerabat di tolot-tolot pada khususnya dan lombok selatan pada
umumnya mencakup 10 generasi ke bawah dan 10 generasi ke atas tersebut
sebagai berikut :
Generasi ke atas :
- Inaq/amaq
- Papuk
- Balok
- Tate
- Toker
- Keletuk
- Keletak
- Embik
- Mbak
- Gantung Siwur
Generasi ke bawah :
- Anak
- Bai
- Balok
- Tate
- Toker
- Keletuk
- Keletak
- Embik
- Ebak
- Gantung Siwur
Sumber : Daliem, Mimbarman, ” Lombok Selatan Dalam
Pelukan Adat Istiadat Sasak” 1981-1982
G. Kebudayaan
1. Adat-Istiadat
Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi
perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki
maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki
laki, ini yang dikenal dengan sebutan "Merarik"
atau "Selarian". Sehari
setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada
pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang
disebut dengan "Mesejati" atau
semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan
diadakan yang disebut dengan "Nyelabar"
atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.
2. Presean
Simbol Kejantanan Taruna (Pemuda) Sasak
Budaya Presean atau bertarung dengan
rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok sejak lama. Namun budaya yang
penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya bela diri
yang unik dan lucu dari pemainnya.
Presean adalah salah salah satu
kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok). Acara ini berupa pertarungan dua
lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit
kerbau tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula
dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan taun jebot (dahulu kala) sehabis
mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk
menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu.
Uniknya dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah
dipersiapkan secara khusus. Pepadu atau petarung dicomot (diambil) dari
penonton yang mau adu nyali dan ketangguhan mempermainkan tongkat rotan dan
perisai yang disediakan. Penonton/calon peserta bisa mengajukan diri atau
dipilih oleh wasit pinggir (pakembar sedi). Setelah mendapat lawan, pertarungan
akan dimulai dan dimpimpin oleh wasit tengah (pekembar).
Duel dua pepadu diadakan dalam lima ronde, pemenangnya
ditentukan oleh hasil nilai yang diperoleh atau salah satu pepadu bocor kepala,
bedarah-darah, atau kibar bendera putih.
Uniknya, di sela-sela pertarungan para pepadu plus para
wasit harus menari jika musik dimainkan. Mungkin maksudnya untuk melepas
ketegangan selama jalannya pertandingan. Asik juga ngeliatnya, sesaat para
petarung saling baku hantam, beberapa detik kemudian mereka menari sembari
tertawa dan mencari-cari celah kelemahan lawan, sedetik kemudian rotan keras
menghantam perisai – plak!, lalu mereka menari lagi… Amazing dan
mendebarkan…!!!
Tarian rotan
dari Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun.
Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual
untuk memohon hujan ketika kemarau panjang. Sebuah tradisi-yang dalam
perkembangan kemudian-sekaligus berfungsi sebagai hiburan yang banyak diminati.
Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya daerah, Presean Lombok pun mulai
sering dilombakan. Pertandingan diakhir dengan salam dan pelukan persahabatan
antar petarung. Tanda tiada dendam dan semua hanyalah permainan! Benar-benar
sportif.
Adegan
seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa bila ada acara adat,
tidak heran masyarakat sangat antusias untuk menonton acara seperti ini,selain
dapat menarik wisatawan mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong
menyaksikan acara ini. Dalam adengan presean tidak jarang salah satu dari orang
yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi mereka tetap senang dan
bergembira
Langganan:
Postingan (Atom)